Ali menuturkan bahwa Fatimah pernah mengeluh kepadanya. Ia merasa
bahwa pekerjaan menggiling gandum dengan batu demikian berat baginya.
Suatu ketika, Fatimah mendengar bahwa Rasulullah mendapat seorang
budak. Fatimah pun mendatangi rumah ayahnya dalam rangka meminta budak
tadi sebagai pembantu baginya. Akan tetapi Rasulullah sedang tidak ada
di rumah. Fatimah lantas mendatangi Ummul Mukminin Aisyah dan
menyampaikan hajatnya.
Ketika Rasulullah berada di rumah Aisyah, istri tercintanya itu
menceritakan hal tersebut kepadanya. Rasulullah lantas mendatangi Ali
dan Fatimah yang sedang berbaring di tempat tidur. Mulanya, mereka
hendak bangun untuk menghampiri beliau, namun Rasulullah menyuruh mereka
tetap berada di tempat.
“Maukah kutunjukkan kalian kepada
sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?” tanya beliau. “Jika
kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahu
akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (subhanallah)
33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada pembantu yang
kalian minta.” lanjut Nabi (Shahih Muslim No.4906).
***
Hadits di atas memberikan pelajaran berharga bagi semua istri yang
ingin belajar menjadi istri sholihah. Tidak akan salah kita belajar dari
kisah ini, karena kita belajar dari putri kesayangan Rasulullah
langsung.
Pernahkah terpikir, bila memang mengerjakan semua
pekerjaan rumah tangga itu tidak penting, kenapa seorang Rasulullah
tidak memberikan saja budak untuk membantu pekerjaan Fatimah? Budaknya
ada. Fatimah pun sudah menyatakan kelelahannya. Tidakkah Rasul kasihan
melihat Fatimah mulai merasa keberatan dengan pekerjaan rumah tangga
yang dikerjakannya? Kenapa Rasul justru menawarkan dzikir sebagai
pengganti kelelahan yang dirasakan putri tercintanya, alih-alih
memberikan budak sebagaimana yang diminta?
Tidakkah kita belajar mengambil hikmah?
Ini masalah kemuliaan, wahai istri sholihah…
Tidakkah kita dambakan kemuliaan itu?
Bukankah itu yang kita inginkan?
K E M U L I A A N…
Bahkan hati ini berdesir membacanya, sungguh…
Tidakkah kita bahagia, ketika sepotong telur dadar sederhana dihargai wajah penuh syukur anak-anak dan suami kita?
Tidakkah kita bahagia, ketika anak dan suami mengenakan pakaian rapi hasil setrika tangan kita?
Tidakkah kita bahagia merasakan kehamilan, melahirkan, dan menyusui anak-anak amanah Allah?
Tidakkah kita bahagia ketika melihat mereka tumbuh besar dengan cinta
Allah dan Rasul-Nya hasil dari dialog iman keseharian kita?
Tidakkah kita bahagia, melihat suami tersenyum bahagia menikmati kopi panas di pagi hari hasil adukan kita?
Tidakkah kita bahagia, menyadari bahwa anak-anak dan suami kita sangat merasakan keberadaan kita?
Tidakkah kita bahagia, ketika tangan-tangan ini kelak bersaksi atas apa yang dilakukan untuk anak-anak dan suami kita?
Kerjakan dengan ikhlas. Nikmati lelah yang kita rasakan. Berdzikirlah
ketika sudah tiba saatnya beristirahat, dan nantikan kemuliaan itu
hadir…
***
“Terimakasih bunda, masakan bunda luar biasa…..”
“Terimakasih bunda, kopi buatan bunda kenapa lebih enak dari kopi mana pun yah?”
“Terimakasih bunda, bunda cantik sekali…”
Sungguh, bahkan kebahagiaan itu tak perlu menunggu…
Dan itu semua hadir sebagai wujud kemuliaan….
No comments:
Post a Comment