Sunday, 31 January 2016

Kondisi Fisik Tubuh

10  KONDISI FISIK TUBUH

Kodisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana-sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai pada masalah status kondisi fisik (Sajoto. 1990: 16).

kebugaran fisik dapat di artikan sebagai kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan kegiatan lain, masih memiliki sisa energi yang cukup untuk menangani tekanan tambahan atau keadaan darurat yang mungkin timbul
Sepuluh komponen kondisi fisik masing-masing adalah sebagai berikut:
1.Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
2.Daya tahan (endurance), dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni: a). Daya tahan umum (general endurance) adalaah kemampuan seseorang dalam mempergunakan system jantung dan peredaran darahnya secara efektif dan efesien untuk menjalankan kerja secara terus menerus, yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalm waktu cukup lama. b.) daya tahan otot (local endurance) adalah kemampun seseorang dalm mempergunakan otonya untuk berkntraksi secra terus-menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban tertentu.
3.Daya ledak (muscular power) adalah kemampuna seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksismum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa daya ledak  (Power) sama dengan kekuatan (force) x kecepatan (felocity). Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang berseifat ekslkosive.
4.Kecepatan (speed) adalah kemampuan sseorang untk mengerjakan gerakan bereinambungan dalam bentukk ynag sama dalam waktu sesingkat-singkatnya seperti dalam lari cepat, puulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan lain-lain. Dalam hal ini ada kecepatan  gerak  dan kecepatan explosive.
5. Daya lentur (flexsibility) adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan ssangat mudah ditandai dengan tingka fleksibilits persendian pada seluruh tubuh.
6.Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi diarena tertentu. Seseorang yang mapau merubah satu posisi yang berbeda dalm kecepatan tinggi deng  koordinasi yng baik, berarti kelincahannya cukup baik.
7. Koordinasi (coordianation) adalah kemampun seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola geraan tungal secra efektif. Misalnya dalam bermain tenni, seorang pemain akan keliahatan mempunyai koordinasi yang naik bila ia dapat bergerak kearah bola samil mengayun raket, kemudian memukulnya dengan teknik yang benar.
8. Keseimbangan (balance) adalah kemampun seseorang mengendalikan organ-organ saraf otot, seperti dalam handstand atau dalam mencapai keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu (misalnya tergelincir dan lain-lain). Dibidang olehraga banyak hal yang harus dilakukan atlit dalam masalah keseimbangan ini, baik dalam menghilangkan  ataupun mempertahankan keseimbangan.
9. Ketepatan (accuracy) . adalah seseorang yuntuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jaraka aatu mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah s atu bagian tubuh.
10.Reaksi (reaction) ada;lah kemampna seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditumbulkan lewat indra, saraf atau filling lainnya. Seperti  dalam mengantisipasi daytangnya bola yang aharis  ditangkap dan lain-lain.

Tes Pemanduan Bakat

MANAJEMEN PELAKSANAAN TES PEMANDUAN BAKAT(SPORT SEARCH)


A. Urutan Pelaksanaan
Ada 10 butir tes di dalam Sport Search. Pengadministrasian seluruh butir tes dalam suatu sesi (session) berdurasi 90 menit yang memungkinkan dilaksanakan dengan perbandingan antara testi dan tester sebesar 10:1. Perlu mengatur urutan butir tes dalam dua bagian atau lebih.
Apabila dikelompokkan dalam dua bagian, maka sebaiknya menggunakan lima tester. Masing-masing tester sebaiknya menangani satu pos pengetesan dan testi sebaiknya melakukan dari satu pos ke pos lain.
Urutan pelaksanaan tes yang disarankan adalah bagian pertama, tinggi badan, tinggi duduk, berat badan, rentangan lengan, dan lempar-tangkap bola tenis; kemudian bagian kedua, meliputi melempar bola basket, loncat tegak, lari kelincahan, lari cepat 40 meter, dan lari multitahap. Perlu diperhatikan bahwa lari multi tahap dilaksanakan yang paling akhir dalam bagian kedua.
Jika testi atau siswa dilatih secara memadai, maka testi dapat membantu melaksanakan tes tersebut. Testi senior dapat membantu dalam melaksanakan pengetesan sebagai bagian dari studi pendidikan jasmani yang lebih tinggi.
B. Tempat Pelaksanaan
Untuk melaksanakan tes dapat menggunakan gedung olahraga atau bagian ruang dalam aula olahraga. Tempat tersebut harus memiliki permukaan atau lantai yang tidak licin, terutama untuk pelaksanaan lari kelincahan. Apabila lantai berdebu, maka waktu pelaksanaan tes ini akan menjadi lebih lambat. Apabila terjadi hal semacam itu, lebih baik tes lari kelincahan dilakukan pada permukaan batu bara atau dihalaman. Pelaksanaan lari cepat 40 meter perlu diukur dandilakukan ditempat terbuka.lintasan harus lurus, rata, dan ditempatkan pada angin yang melintang (cross wind). Apabila menggunakan permukaan berumput, pilihlah permukaan yang kering.
C. Pakaian
Testi harus mengenakan pakaian olah raga yang layak (berupa T-shirt dan celana pendek atau skirt) dengan alas kaki sepatu olahraga. Pakaian ini sebaiknya digunakan untuk seluruh tes kecuali apabila ada perkecualian yang disebutkansecarakhusus didalam tata cara tes (misalnya pelepasan sepatu untuk pengukuran tinggi badan)
D. Persiapan Pre-Test
Testi harus melakukan pemanasan secara menyeluruh termasuk aktifitas aerobik ringan dan peregangan baik pada tubuh bagian atas maupun bawah sebelum pelaksanaan tes melempar bol basket, loncat tegak, lari kelincahan, lari cepat 40 meter, dan lari multitahap.
E. Instruksi-instruksi kepada testi
Testi harus diberikan informasi sebelumnya mengenai tugas-tugas dan tujuan tes pengukuran tersebut. Dalam tiap kesempatan, testi harus didorong agar melakukan yang terbaik. Berikan dorongan-dorongan sewaktu testi melaksanakan tes tersebut.
F. Percobaan
Testi harus diberi kesemptan melakukan latihan atau percobaan hanya dalam tugas penangkap bola. Percobaan semacam ini sebaiknya dilakukan sehingga testi mamahami persyaratan-persyaratan dalam melakukan tes tertentu dan telah mencoba “merasakannya”. Percobaan tidak diperkenankan untuk butir tes lain yang manapun karena akan diberikan dua kali percobaan, kemudian dicatat hasil terbaik dari dua kali pelaksanaan tes tersebut. Testi hendaknya diberi waktu istirahat diantara tes satu dengan yang lain (sebaiknya tester mengetes seluruh testi kemudian mengulanginya untuk melakukan tes yang kedu, untuk memberikan waktu yang cukup bagi testi).
G. Petunjuk Pelaksanaan
Para pelaksana atau tester harus menguasai petunjuk pelaksanaan tes sebelum memulai pengukuran. Petunjuk pelaksanaan harus mengikuti apa yang disarankan didalam Manual Metode Tes keluaran/terbitan The Laboratory Standards Assistance Scheme of the National Sport Research Center, Australian Commission (Draper, Minikin & Telford; 1991),antara lain :
1. Tinggi badan
a) Perlengkapan
 Stadiometer atau pita pengukur yang dilekatkan dengan kuat secara vertikal di dinding, dengan tingkat ketelitian 0,1 centimeter
 Sebaiknya dinding tidak mengandung papan yang mudah mengerut
 Apabila menggunakan pita pengukur, dipersiapkan pula segitiga siku-siku
 Permukaan lantai yang dipergunakan harus rata dan padat
b) Prosedur
 Testi berdiri tegak tanpa alas kaki, tumit, pantat, dan kedua bahu menekan pada stadiometer atau pita pengukur
 Kedua tumit sejajar dengan kedua lengan yang menggantung bebas di samping badan (dengan telapak tangan menghadap ke arah paha)
 Dengan berhati-hati tester menempatkan kepala testi dibelakang telinga agar tegak sehingga tubuh terentang secara penuh
 Pandangan testi lurus kedepan sambil menarik napas panjang dn berdiri tegak
 Upayakan tumit testi tidak terangkat atau jinjit
 Apabila pengukuran menggunakan stadiometer, turunkan platformnya sehingga dapat menyentuh bagian atas kepala. Apabila menggunakan pita pengukur, letakkan segitiga siku-siku tegak lurus pada pita pengukur diatas kepala, kemudian turunkan kebawah sehingga menyentuh bagian atas kepala.
2. Tinggi duduk
a) Perlengkapan
 Stadiometer atau pita pengukur yang dilekatkan dengan kuat secara vertikal di dinding, dengan tingkat ketelitian 0,1 centimeter
 Dindng yang digunakan tidak mengandung papan yang dapat menggeliat
 Apabila menggunakan pita pengukur, dipersiapkan pula segitiga siku-siku
 Permukaan lantai yang dipergunakan harus rata
 Bangku kecil dengan ketinggian (kira-kira 40 cm)
b) Prosedur
 Tempatkan bangku kecil tersebut ditengah bagian dasar stadiometer atau pita pengukur
 Testi duduk diatas bangku dengan kedua lutut kearah depan dan ditekuk, sedangkan kedua tangan dalam keadaan istirahat diatas kedua paha sejajar dengan permukaan lantai
 Pantat dan kedua bahu bersandar dengan ringan kearah stadiometer atau pita pengukur yang ditempatkan secara vertikal pada garis tengah dibelakang testi
 Tester menempatkan kepala testi dibelakang telinga agar tubuh testi terentang secara penuh
 Pandangan testi lurus kearah depan, sambil menarik napas panjang, dan duduk dalam keadaan tegak
 Apabila pengukuran menggunakan stadiometer, turunkan platformnya sehingga dapat menyentuh bagian atas kepala. Apabila menggunakan pita pengukur, letakkan segitiga siku-siku tegak lurus pada pita pengukur diatas kepala, kemudian turunkan kebawah sehingga menyentuh bagian atas kepala.
3. Berat badan
a) Perlengkapan
 Alat penimbang dengan ketelitian hingga 0,5 kg, ditempatkan pada permukaan yang rata
 Skala alat penimbang harus ditera lebih dahulu agar alat tersebut memenuhi standar
b) Prosedur
 Testi tanpa alas kaki dan hanya mengenakan pakaian renang atau pakaian yang ringan (seperti T-shirt dan celana pendek/skirt)
 Alat penimbang distel pada angka nol
 Testi berdiri tegak dengan berat tubuh terdistribusi secara merata dibagian tengah alat penimbang
4. Rentang lengan
a) Perlengkapan
 Pita pengukur (setidaknya sepanjang 3 meter dengan tingkat ketelitian hingga mencapai 0,1 cm) yang ditempatkan secara horizontal pada dindng kira-kira setinggi 1,5 meter diatas permukaan tanah. Sudut dindng sebaiknya digunakan sebagai titik nol
 Penggaris
b) Prosedur
 Testi berdiri tegak dengan punggung menempel pada dinding, kedua kaki merapat; sedangkan tumit, pantat, dan kedua bahu menyentuh dinding
 Kedua lengan terentang menyamping setinggi bahu (secara horizontal) dan kedua telapak tangan menghadap kedepan. Ujung jari tengah (tangan kiri dan kanan) menyatu dengan ujung pita pengukur. Apabila testi memiliki postur tubuh yang tinggi atau pendek maka lengan testi berada disebelah atas atau bawah pita pengukur. Oleh karena itu, kedua lengan direntangkan dalam posisi horizontal dan gunakan mistar penggaris untuk menggaris ujung jari keatas atau kebawah hingga memotong pita pengukur
 Ukurlah jarak antara ujung jari tengah lengan yang lain direntangkan kesmping
5. Lempar tangkap bola tenis
a) Perlengkapan
 Bola tenis
 Sarung tangan
 Sasaran bundar (berwarna hitam) berdiameter 30 cm
 Pita pengukur (sepanjang 3 meter dengan tingkat ketelitian hingga mencapai 0,1 cm)
 Agar lebih efisien tester menyiapkan 2 atau 3 sasaran dan menugaskan diantara testi saling menilai, sedangkan tester mengawsi pelaksanaannya
b) Prosedur
 Sasaran harus itempatkan pada dinding dengan ujung bawah setingkat dengan tinggi bahu testi
 Beri tanda dengan sebuah garis di tanah atau lantai berjarak 2,5 meter dari sasaran dengan menggunakan pita pembatas
 Testi berdiri dibelakang garis tersebut
 Testi melempar bola dengan tangan yang disukai kearah sasaran kemudian menangkap dengan tangan yang sama. Percobaan diperkanankan sehingga testi memhami tugas tersebut dan telah dapat merasakan (“feel for it”) gerakan tersebut
 Bola harus dilemparkan dengan underarm dan tidak diperbolehkan memantul dilantai sebelum ditangkap
 Tiap lemparan dianggap sah, apabila bola mengenai sasaran (bagian bola yang mana saja yang mengenai sasaran dapat diterima) dan testi dapat menangkapnya
 Tangkapa dianggap sah, apabila bola ditangkap dengan “bersih” da tidak mengenai tubuh
 Testi tidak diperbolehkan berdiri didepan garis batas pada waktu menangkap bola
 Tiap testi diberi kesempatan 10 kali untuk melempar dan menangkap dengan tangan yang disukai, kemudian diikuti dengan 10 kali kesempatan untuk melempar dengan tangan yang disukai dan menangkap dengan tangan lain
 Yesti yang menggunakan kacamata diperkenankan mengenakan kacamata pada saat melaksanakan tugas ini
6. Lempar bola basket
a) Perlengkapan
 Bola basket ukuran 7
 Oita oengukur sepanjang 15 meter dengan tingkat ketelitian 5 cm
b) Prosedur
 Testi duduk dengan pantat, punggung, dan kepala bersandar didinding. Kaki diistirahatkan dalam keadaan menjulur secara horizontal kelantai didepan tubuh
 Testi menggunakan kedua tangan yang diangkat diatas dada untuk mendorong bola secara horizontal kearah depan sejauh mungkin. Tidak diperbolehkan melempar melampaui tinggi lengan atau melebihi tinggi bahu
 Upayakan agar kepala, bahu, dan pantat tetap menempel pada dinding, dan bola dilempar hanya dengan menggunakan otot-otot bahu dan lengan
 Berikan dua kali kesmpatan kepada testi untuk melakukan lemparan
7. Loncat tegak
a) Perlengkapan
 Kapur bubuk (bubuk bedak atau tepung)
 Papan yang ditempel pada dinding dengan ketinggian dari 150 hingga 350 cm (tingkat ketelitian hingga sebesar 1 cm)
b) Prosedur
 Testi memasukkan ujung jari yang digunakan utuk menjangkau kedalam kapur bubuk
 Testi berdiri dengan tangan yang digunakan meraih didekat papan dan meraih keatas dengan lengan sebelah dalam, kemudian menyentuh papan dengan ujung jari tengan untuk menempelkan tanda pada titik tejauh yang dapat dicapai
 Kedua telapak kaki herus menginjak rata dengan lantsi, sedangkan lengan/tangan terentang sejauh mungkin
 Catatlah posisi tanda hingga 1cm yng terdekat (mencapai ketinggian)
 Kedua lengan testi harus tetap berada didalam posisi yang sama (tangan/lengan yang disukai diangkat dalam posisi vertikal dan lengan yang lain bergantung dismaping badan) pada waktu testi mengambil posisi berjongkok. Testi dapat memilih kedalaman/kerendahan tertentu dari posisi jongkok dan diperbolahkan melambung apabila menghendaki. Testi tidak diperkenankan mengayunkan lenganuntuk membantu momentum loncatan
 Testi kemudian meloncat keatas untuk menyentuh dinding pada titik ketinggian yang mampu dicapai dengan lengan sebelah dalam terentang kearah luar
 Testi diperbolehkn melakukan loncatan sebanyak dua kali
8. Lari kelincahan
a) Perlengkapan
 Stopwatch
 Dua buah garis paralel (sepanjang 1,2 meter) yang ditandai diatas tanah, jarak antara garis 5 meter (diukur diantara kedua ujung sebelah dalam dari masing-masing garis)
 Kerucut pembatas lintasan atau patok 4 buah
 Permukaan lantai harus datar, rata, dan tidak licin. Sering kali lantai gedung olahraga berdebu dan licin. Apabila lantai berdebu, lebih baik tes ini dilaksanakan diluar gedung pada permukaan beton atau permukaan yang berlantai batu bara muda (bitumen)
b) Prosedur
 Testi melakukan start dari belakang garis dengan kaki depan menginjak garis
 Pada saat terdengar aba-aba “ya” testi lari menuju kedepan secepat mungkinkearah garis yang lain, berputar dan lari kembali menuju garis startnya
 Tiap kali lari bolak balik dihitung satu siklus
 Testi harus menyentuhkan kedua telapak kaki dibelakang garis dan diantara kedua kerucut pembatas, kecuali pada akhir siklus kelima, ketika testi melampaui garis finish tanpa harus memperlambat lari
 Jalankan stopwatch pada saat terdengar aba-aba “ya” dan hentikan putaran jarumnya ketika dada pelari melewati diatas garis finish
 Berikan kesempatan testi melakukan dua kali
 Apabila testi ada yang tergelincir jangan dicatat hasilnya, dan ulangi lagi
9. Lari 40 meter
a) Perlengkapan
 Stopwatch
 Kerucut pembatas atau patok 10 buah
 Lintasan lari 40 meter yang lurus, datar, dan ditempatkan pada cross wind. Apabila permukaan yang digunakan berumput, rumput harus dalam keadaan kering
b) Prosedur
 Berilah tanda lintasan lari sepanjang 40 meter dengan kerucut pembatas ditempatkan pada tiap interval 10 meter
 Tiap testi melakukan start dengan posisi berdiri, dan kaki depan tepat berada diatas garis start
 Pemberi tanda waktu berdiri pada garis finish, meneriakkan aba-aba “siap” dan mengayunkan bendera untuk memberi tanda start pada testi. Pada saat lengan diayunkan, pemberi tanda waktu secara bersamaan mulai menghidupkan stopwatch yang dipegang
 Hentikan stopwatch pada saat dada testi telah melewati garis finish
 Tekankan kepada testi agar lari secepat mungkin
 Testi diperbolehkan melakukan dua kali
10. Lari multitahap
a) Perlengkapan
a. Pita cadence untuk lari bolak balik
b. Lintasan lari
c. Mesin pemutar kaset (tape recorder)
d. Jarak yng bermarka 20 meter pada permukaan yang datar, rata, dan tidak licin
e. Stopwatch
f. Kerucut pembatas atau patok 4
g. Formulir
b) Prosedur
1.Ceklah kecepatan mesin kaset dengan menggunakan periode kalibrasi satu menit dan sesuaikan jarak lari bimana perlu (telah dijelaskan di dalam pita rekaman dan di dalam manual pitanya)
Ukurlah jarak 20 meter tersebut dan berilah tanda dengan pita dan pembatas jarak.
2.Jalankan pita cadencenya
3.Intruksikan kepada testi untuk lari kearah ujung atau akhir yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki dibelakang garis batas pada saat terdengar bunyi “tuut”. Apabila testi telah sampai sebelum bunyi “tuut”, testi harus bertumpu pada titik putar, menanti tanda bunyi, kemudian lari kearah garis yang berlawanan agar dapat mencapai tepat pada saat tanda berikutnya berbunyi.
4.Pada akhir dari tiap menit interval waktu diantara dua bunyi “tuut” makin pendek, oleh karena itu, kecepatan lari makin bertambah cepat
5.Testi harus dapat mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan dan tidak terlambat. Tekankan kepada testi agar berputar dan lari kembali, bukannya lari membuat belokan melengkung, karena akan memakan lebih banyak waktu
6.Tiap testi harus berlari selama mungkin sehingga testi tidak dapat lagi mengejar tanda bunyi “tuut” dari pita rekaman. Kriteria untuk menghentikan testi apabila testi tetinggal tanda bunyi “tuut” dua kali lebih dari dua langkah di belakang garis ujung.

Thursday, 28 January 2016

sabi(senam ayo bergerak indonesia)

Anak tergantung Gurunya

Teori - Teori Belajar

Teori-teori Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Untuk membantu mencapai prestasi belajar yang maksimal maka perlu mengetahui dan memahami teori-teori belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan teori-teori belajar diharapkan dapat membantu dalam mengupayakan apa yang seharusnya dilakukan dalam kegiatan belajar.
Teori-teori belajar yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Ahli-ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk semua hal. Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2003 : 17).
Berdasarkan teori ini dalam belajar harus melatih semua daya yang dimiliki, misalnya daya ingat dan daya berpikir. Dengan daya-daya yang dimiliki, seseorang dapat tumbuh dan berkembang. Menurut pandangan teori ini ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui belajar hanyalah bersifat hafalan saja.
2) Teori Tanggapan
Teori tanggapan berpandangan bahwa belajar adalah memasukkan kesan yang berupa ilmu pengetahuan dengan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Oleh karena itu orang yang dikategorikan pandai berdasarkan teori ini adalah orang yang mempunyai banyak kesan yaitu ilmu pengetahuan yang tersimpan di dalam otaknya.
Kelebihan dari teori ini adalah bahwa dalam belajar dibutuhkan pengetahuan sebanyak-banyaknya yang dipelajari secara berulang-ulang dan sejelas-jelasnya, hal ini menuntut seseorang untuk lebih rajin dan tekun belajar. Sedangkan kelemahannya adalah belajar bukan hanya memasukkan tanggapan atau kesan ke dalam otak yang sebanyak-banyaknya tetapi juga dibutuhkan pemahaman, sehingga pengetahuan yang dimiliki dapat diterapkan sebagaimana mestinya, selain itu pandai atau tidaknya seseorang bukan hanya ditentukan oleh banyak atau sedikitnya tanggapan yang ia miliki, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam memahami dan menerapkan pengetahuan yang ia miliki.
3) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Menurut teori ini belajar secara keseluruhan lebih penting daripada mempelajari bagian demi bagian, karena di dalam keseluruhan sudah terdapat bagian-bagian. Jadi dalam belajar harus berusaha untuk menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain, materi atau bahan pelajaran tidak dianggap terpisah melainkan suatu kesatuan yang saling berhubungan. Materi pelajaran yang baru harus dihubungkan dengan materi yang telah lama dikuasai sehingga didapatkan suatu keseluruhan, dengan demikian dapat diperoleh suatu pengertian yang utuh.
4) Teori Belajar dari R. Gagne
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh perubahan secara keseluruhan baik dari segi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
5) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori ilmu jiwa asosiasi disebut juga teori Sarbond (stimulus, respons, dan bond). Stimulus berarti rangsangan, respon berarti tanggapan, dan bond berarti dihubungkan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah asosiasi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2003:23)
Dalam aliran ilmu jiwa asosiasi terdapat dua teori yaitu teori konektionisme dari Thorndike dan teori Conditioning dari Ivan P-Pavlov, untuk memahami mengenai kedua teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
a) Teori Konektionisme
Menurut teori ini belajar pada dasarnya adalah gabungan antara kesan panca indera dengan impuls untuk bertindak. Artinya adalah dalam belajar akan terbentuk hubungan antara rangsangan dan tanggapan, apabila rangsangan dan tanggapan tersebut sering dilatih maka akan terjadi hubungan yang erat.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2003:25) kelemahan dari teori konektionisme adalah sebagai berikut:
1) ”Belajar bersifat mekanistis
2) Belajar bersifat teacher centered (terpusat pada guru)
3) Anak didik pasif
4) Mengutamakan materi”
Kelemahan dari teori konektionisme tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Belajar bersifat mekanistis
Artinya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh siswa banyak bersifat hafalan. Siswa hanya hafal bahan-bahan pelajaran tertentu tetapi kurang mengerti cara pemakaian atau penerapannya. Dengan demikian pengetahuan yang dimiliki siswa hanya sebatas hafalan semata, sehingga mereka tidak benar-benar mengerti dan memahami apa yang telah dipelajari karena siswa hanya berusaha untuk menghafal saja tanpa dilengkapi dengan pemahaman mengenai fungsi atau kegunaan dari pengetahuan yang mereka miliki.
2) Belajar bersifat teacher centered (terpusat pada guru) Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas terpusat pada guru, artinya guru yang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru berperan sebagai pembuat keputusan sehingga kurang memperhatikan pendapat siswa.
3) Anak didik pasif
Siswa cenderung bersikap pasif karena ia mengharapkan stimulus dari guru. Hal ini menyebabkan siswa kurang kreatif dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiliki, siswa beranggapan bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar sehingga tidak berusaha untuk mencari sumber belajar lain.
4) Mengutamakan materi
Artinya dalam kegiatan pembelajaran lebih diutamakan pemberian materi yang banyak kepada siswa. Dengan pemberian materi yang banyak diharapkan siswa memiliki pengetahuan yang banyak pula. Padahal materi-materi pelajaran yang diberikan kepada siswa belum tentu dapat benar-benar dimengerti dan dipahami oleh siswa, sehingga terkadang pemberian materi tersebut terasa sia-sia bila tidak disertai dengan kemampuan siswa dalam mengerti, memahami, dan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari.
b) Teori Conditioning
Alex Sobur (2003:223) menyatakan ”Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespons terhadap stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain.”
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:27) kelemahan-kelemahan teori Conditioning apabila diterapkan dalam kegiatan belajar adalah sebagai berikut:
1) Percobaan dalam laboratorium berbeda dengan keadaan sebenarnya.
2) Pribadi seseorang (cita-cita, kesanggupan, minat, emosi, dan sebagainya) dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
3) Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal. Dengan kata lain, tidak dapat diramalkan lebih dahulu, stimulus manakah yang menarik perhatian seseorang.
4) Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk beluk belajar yang ternyata sangat kompleks.

filsafat Olahraga

Discovery adalah penyingkapan tentang suatu sifat baru dari suatu material atau benda yang sudah dikenal atau sebelumnya sudah ada secara alami.
•    Invensi (Invention) adalah penemuan berupa ide yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, yang dapat berupa proses atau hasil produksi atau penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi. Invensi dapat dipatenkan, sedangkan discovery tidak.
•    Inovasi : “proses” dan/atau “hasil” pengembangan atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan (memperbaiki) produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru yang memberikan nilai (terutama ekonomi dan sosial) yang berarti (signifikan).
Inovasi adalah transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru; tindakan menggunakan sesuatu yang baru (Rosenfeld, 2002);

Secara singkat, perekembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development). (McLeod, 1989).

Contoh Inovasi
1. penemuan pesawat terbang yang ditemukan oleh bangsa Eropa pada abad ke-19, hasil inovasi tersebut telah menyebar ke berbagai negara, bahkan ke Indonesia.
2. berupa memperoleh berbagai peralatan yang serba modern secara lebih banyak dan lebih baik daripada yang sudah dipunyai, kondisi kehidupan yang lebih nyaman dan nikmat), dan memberikan jalan-jalan yang dapat memungkinkan dilaksanakannya usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi- kondisi sosial dalam masyarakat.
3. pemasukkan traktor di pulau Bali, jika sekiranya traktor tersebar di pedesaan dan mekanisasi atau mesinisasi pertanian berjalan sebagaimana yang direncanakan, maka harus disediakan sarana-sarana antara lain, bahan bakar untuk traktor, spare parts, bengkel-bengkel, montir-montir dll.

Contoh Discovery
1. Penemuan obat khasiat buah kina sebagai obat penyembuh sakit malaria.
2. diciptakannya robot “Da Vinci” yang digunakan untuk mengangkat fibroid (tumor dalam rahim perempuan)

Contoh Invention
1. penemuan pesawat radio dapat menyebabkan perubahan2 bidang lain, seperti pendidikan, pemerintahan, pertanian, perekonomian, jasa dll.
2. penemuan pesawat dapat membawa pengaruh pada sistem transportasi udara, yang kemudian dapat mempengaruhi alat tempur, selanjutnya mempengaruhi bagi perubahan organisasi militer dan seterusnya.
3. Penemuan kapal laut, peta bumi, dan alat penentu arah (kompas) dapat menumbuhkan sikap kolonialisme.

Wednesday, 27 January 2016

MAKANAN SEHAT

MAKANAN YANG SEHAT



1.   Yang dimaksud makan untuk hidup adalah melakukan aktivitas makan untuk mempertahankan hidup.
2.      Makanan yang seharusnya dimakan oleh manusia adalah makanan yang bergizi.
3.      Makanan yang disebut makanan yang bergizi adalah makanan yang mangandung komponen-komponen zat gizi.
4.      Komponen zat gizi yng terkandung didalam makanan adalah sebagai berikut:
1. Karbohidrat,contohnya: nasi,jagung dan sagu.
2. Protein
a.Protein hewani,contohnya:telur,ikan,daging.
b.Protein nabati,contohnya:kacang-kacangan.
3. Lemak
a.Lemak hewani,contohnya: daging,kuning telur.
b.Lemak nabati,contohnya: minyak wijen,minyak jagung,minyak zaitun.
4.Vitamin,contohnya:buah-buahan
5.Mineral
6.Air
5.      Slogan budaya makan bangsa Indonesia adalah “4 sehat 5 sempurna”.

GIZI OLAHRAGA



FUNGSI MAKANAN

1.      Fungsi makanan bagi tubuh:
a)      Sumber energi baik yang berasal dari karbohirat, lemak, dan protein.
b)      Pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
c)      Pengendalian metabolism (sistem pembuangan sisa makanan).
2.      Asupan gizi yang diperlukan oleh tubuh dipengaruhi oleh:
a)      Besar kecilnya aktivitas.
b)      Berat tubuh.
c)      Usia.
3.   sumber energi yang berasal dari karbohirat digunakan saat aktivitas menggunkan sistem anaerobic yaitu sisten yang tidak memerlukan oksigen.
4.  Pada saat melakukan olah raga, terjadi kontraksi otot-otot anggota tubuh yang bergerak. Kontraksi otot ini memerlukan energi, yang diperoleh dari zat-zat gizi yang tersimpan dalam tubuh. Misalnya glikogen yaitu cadangan energi yang disimpan dalam otot.
5.      Sistem energi yang membentuk ATP di dalam otot selama berolah raga:
a)  Sistem kreatif fosfat/anaerob tanpa pembentukan laktat (ATP-PC/alatic anaerobic sistem).
b)      Sistem anaerob dengan pembentukan laktat(lactic glikolitic sistem).
c)      Sistem aerobic (aerobic sistem) yaitu sistem yang memerlukan oksigen.
6.      Laktat adalah senyawa kimia yang terbentuk melalui sistem anaerob.
7.   Terjadinya nyeri otot disebabkan asam laktat yang menumpuk dalam otot yang terbentuk dan tertumpuk di dalam sel otot akan menyebabkan suasana di dalam sel menjadi asam. Keadaan ini akan menimbulkan nyeri otot dan anggota tubuh menjadi berat.
8.    Cara menghilangkan nyeri otot akibat penumpukan asam laktat yaitu dengan istirahat cukup (20-30 menit) asam laktat di metabolisir kembali.
9.      Fungsi Hb/Hemoglobin adalah untuk mengikat oksigen.

contoh surat pernyataan

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama Lengkap                   : ..................... Tempat / Tanggal...