Monday, 29 June 2015

PENGERTIAN PENDIDIKAN JASMANI


Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan umum oendidikan. Tujuan belajar adalah menghasilkan perubahan perilaku yang melekat. Proses belajar dalam penjas juga bertujuan untuk menimbulkan perubahan perilaku. Guru mengajart dengan maksud agar terjadi peroses belajar secara sederhana, pendidikan jasmani tak lain adalah proses belajar untuk bergerak, dan belajar untuk gerak. Selain belajar dididik melalui gerak untuk mencapai tujuan pengajaran, dalam penjas anak diajarkan untuk bergerak. Melalui pengalaman tersebut akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohaninya. Pendidikan jasmani dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang, yaitu:
1)     Pandangan tradisional, yang menganggap manusia itu terdiri dari 2 komponen utama yang ipilah-pilih, yaitu jasmani dan rohani. Pandangan ini menganggap bahwa penjas semata mata hanya mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain penjas hanya sebagai pelengkap saja(Adang Suherman, 2000 : 17).
2)       Pandangan moderen sering juga disebut pandangan holistik, menganggap manusia bukan suatu yang terdiri dari bagian bagian yang terpilah-pilih. Manusia adalah satu kesatuan dari bagian bagian yang terpadu. Dengan panangan tersebut pendidikan jasmanidiartikan sebagai proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Hubungan antara tujuan pendidikan, tujuan pendidikan jasmani, dan penyelenggaraan harus terjalin dengan baik. Dengan demikina akan nampak bahwa pendidikan jasmani sangat penting bagi pengembangan manusia secara utuh dan merupakan dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penjas tidak dapat hanya berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja. Perbandingan holistik ini,pada awalnya kurang banyak memasukan sport karena pengaruh pandangan sebelumnya, yaitu pada akhir abad 19 yang menganggap bahwa sport tidak sesuai di sekolah. Namun tidak bisa dipungkiri sport terus tumbuh dan berkembang menjadi aktifitas fisik yang merupakan bagian integral dari kehidupan manusia sport menjadi populer , siswa menyenangi dan ingin mendapatkan kesempatan dan ingin berpartisipasi di sekolah-sekolah hingga para pendidik seolah-olah ditekan untuk menerima sport dalam kurikulum di sekolah karena mengandung nilai-nilai pendidikan (Agung Suherman,2000 : 19).

Sumber : Suherman , Adang . 2000. Dasar – dasar Penjaskes, Jakarta: Depdiknas


Faktor-Faktor yang Menentukan Keterampilan Seseorang



Adapun faktor-faktor yang menentukan keterampilan secara umum dibedakan menjadi 3 hal utama, yaitu :
a.         Faktor proses belajar (learning process)
  Proses belajar yang baik tentunya harus mendukung upaya menjelmakan pembelajaran pada setiap pesertanya. Dengan memahami berbagai teori belajar akan memberi jalan tentang bagaimana pembelajaran bisa dijelmakan, yang inti sari dari adanya kegiatan pembelajaran adalah terjadinya perubahan pengetahuan dan perilaku individu peserta pembelajaran.
Dalam pembelajaran gerak, proses belajar yang harus diciptakan adalah yang dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang digariskan oleh teori belajar yang diyakini kebenarannya serta dipilih berdasarkan nilai manfaatnya. Berbagai tanda serta langkah yang bisa menimbulkan berbagai perubahan dalam perilaku peserta didik ketika sedang belajar gerak harus diupayakan kehadirannya. Di pihak lain, teori-teori belajar mengajarkan atau mengarahkan kita pada pemahaman tentang metode pengajaran yang efektif. Apakah suatu materi pelajaran cocok disampaikan dengan menggunakan metode keseluruhan versus bagian, metode distribusi versus metode padat, atau metode pengajaran terprogram yang kesemuanya merupakan poin-poin yang akan mengarahkan pada pencapaian keterampilan (Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra, 2000 : 70)
b.         Faktor pribadi (personal factor)
Setiap orang merupakan individu yang berbeada-beda, baik dalam hal fisik, mental, emosional, maupun kemampuan-kemampuannya. Ada ungkapan yang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari bahwa si A berbakat besar dalam voli, si B berbakat dalam olahraga-olahraga individu, dsb. Demikian juga bahwa seorang anaklebih cepat menguasai suatu keterampilan, sedang anak yang lain memerlukan waktu lebih lama. Dan semua ini merupakan pertanda bahwa individu memilik ciri, kemampuan, minat, kecenderungan, serta bakat yang berbeda.
Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut maka siswa yang mempelajari gerak ditentukan oleh ciri-ciri atau kemampuan dan bakat dari orang yang bersangkutan dalam menguasain sebuah keterampilan tertentu, maka akan semakin mudah untuk menguasai keterampilan yang dimaksud. Ini semua membuktikan bahwa faktor pribadi yang mempengaruhi penguasaan keterampilan (Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra, 2000 : 72).
c.         Faktor situasional (situational factor)
Sebenarnya faktor situasional yang dapat mempengaruhi kondisi pembelajaran adalah lebih tertuju pada keadaan lingkungan yang termasuk dalam faktor situasional itu antara lain seperti : tipe tugas yang diberikan, peralatan yang diguanakan termasuk media belajar, serta kondisi sekitar dimana pembelajaran itu dilangsungkan. Faktor-faktor ini pada pelaksanaannya akan mempengaruhi proses pembelajaran serta kondisi pribadi anak, yang kesemuanya terjalin saling menunjang dan atau sebaliknya.
Penggunaan peralatan serta media belajar misalnya secara langsung atau tidak, tentunya akan berpengaruh pada minat dan kesungguhan siswa dalam proses belajar yang pada gilirannya akan juga mempengaruhi keberhasilan mereka dalam menguasai keterampilan yang sedang dipelajari. Kemajuan teknologi yang belakangan berkembang juga dianggap menjadi penyebab utama dalam mendongkrak keberhasilan seseorang sebagai gambaran nyata dari dari semakin terkuasainya keterampilan dengan lebih baik lagi. Demikian juga kemajuan dalam bidang kesehatan dan kedokteran, dalam dekade terakhir telah mampu mengungkap banyak rahasua dari kemampuan akhir manusia dalam hal gerak dan keterampilan (Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra, 2000 : 73).

Sumber : Ma’mun, Amung dan M.Saputra, Yudha. 2000. Perkembangan gerak dan belajar gerak. Jakarta: Depdikbud.
 

Sunday, 28 June 2015

BELAJAR GERAK


Learning Motion

Learning motion is the study of the process of involvement in obtaining and refining movement skills (motor skills). Motor skills are very tied to the training and experience of the individual concerned. Learn specific motion is affected by various forms of training, experience, or learning situations in human motion (Amung Ma'mun, 2000: 3).There are three stages in the study of motion (motor learning), namely:a) Stages of CognitiveAt this stage, the task is to provide a comprehensive understanding of the shape of the new motion on the learner. For starters, they do not understand about what, when, and how the motion was carried. Therefore, cognitive ability is dominating this stage.b) Stages of movement (motor)At this stage, the focus is on forming organizations motion patterns that are more effective in generating movement. Usually that must be mastered first time learners in motor learning is the control and consistency stance and confidence.c) Stages automationAt this stage, after the students do a lot of exercise, gradually entered the stage of automation. Here, the motor program is already well developed and can control the motion in a short time. Learners are more into skilled and every movement made more effective and efficient.

contoh surat pernyataan

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama Lengkap                   : ..................... Tempat / Tanggal...