Pendidikan
jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tujuan umum
pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan umum oendidikan. Tujuan belajar
adalah menghasilkan perubahan perilaku yang melekat. Proses belajar dalam
penjas juga bertujuan untuk menimbulkan perubahan perilaku. Guru mengajart
dengan maksud agar terjadi peroses belajar secara sederhana, pendidikan jasmani
tak lain adalah proses belajar untuk bergerak, dan belajar untuk gerak. Selain
belajar dididik melalui gerak untuk mencapai tujuan pengajaran, dalam penjas
anak diajarkan untuk bergerak. Melalui pengalaman tersebut akan terbentuk
perubahan dalam aspek jasmani dan rohaninya. Pendidikan jasmani dapat dibedakan
berdasarkan sudut pandang, yaitu:
1) Pandangan tradisional, yang menganggap
manusia itu terdiri dari 2 komponen utama yang ipilah-pilih, yaitu jasmani dan
rohani. Pandangan ini menganggap bahwa penjas semata mata hanya mendidik
jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan rohani
manusia. Dengan kata lain penjas hanya sebagai pelengkap saja(Adang Suherman,
2000 : 17).
2) Pandangan moderen sering juga disebut
pandangan holistik, menganggap manusia bukan suatu yang terdiri dari bagian
bagian yang terpilah-pilih. Manusia adalah satu kesatuan dari bagian bagian
yang terpadu. Dengan panangan tersebut pendidikan jasmanidiartikan sebagai
proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Hubungan antara tujuan
pendidikan, tujuan pendidikan jasmani, dan penyelenggaraan harus terjalin
dengan baik. Dengan demikina akan nampak bahwa pendidikan jasmani sangat
penting bagi pengembangan manusia secara utuh dan merupakan dari pendidikan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, penjas tidak dapat hanya berorientasi pada
jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja. Perbandingan
holistik ini,pada awalnya kurang banyak memasukan sport karena pengaruh
pandangan sebelumnya, yaitu pada akhir abad 19 yang menganggap bahwa sport
tidak sesuai di sekolah. Namun tidak bisa dipungkiri sport terus tumbuh dan berkembang
menjadi aktifitas fisik yang merupakan bagian integral dari kehidupan manusia
sport menjadi populer , siswa menyenangi dan ingin mendapatkan kesempatan dan
ingin berpartisipasi di sekolah-sekolah hingga para pendidik seolah-olah
ditekan untuk menerima sport dalam kurikulum di sekolah karena mengandung
nilai-nilai pendidikan (Agung Suherman,2000 : 19).
Sumber : Suherman , Adang . 2000. Dasar – dasar Penjaskes, Jakarta:
Depdiknas