Tuesday, 2 February 2016

Alat Utama dalam Panahan

                                                      Macam-Macam Dalam Panahan
1. Busur


Panahan merupakan  hasil budaya material manusia sejak awal keberadaannya di dunia. Perkembangan utama teknologi panahan adalah pada busurnya. Busur berperan sebagai penyimpan tenaga manusia, dan revolusi cara hidup manusia pun terjadi. Tidak banyak yang bisa diketahui mengenai busur dan anak panah pada masa itu. Pada masa klasik Eropa terdapat banyak catatan mengenai bangsa-bangsa yang jauh lebih superior dibanding Yunani dan oma dalam hal busur. Pada masa selanjutnya kita juga bisa melihat superioritas Inggris atas Prancis, Mongol atas Eropa, Mongol atas Cina, semuanya dalam hal busur dan anak panah.
Pada awalnya busur hanyalah batang kayu yang dibentuk dan ujung-ujungnya dihubungkan oleh tali. Penyimpanan energi bergantung pada elastisitas kayu busur dan tali. Perkembangan teknologi busur lebih rumit dibanding perkembangan tali busur. Busur berkembang melalui strukturnya yang terdiri dari beberapa bagian seperti Welsh Longbow yang terbuat dari beberapa jenis kayu sekaligus demi mendapatkan kekuatan atas tegangan dan regangan. Selain itu juga bisa dilihat dari strukturnya. Busur recurve banyak dikembangkan oleh berbagai kebudayaan sebagai busur yang menyimpan energi sangat besar namun dapat sangat cepat diisi ulang. Di Eropa terdapat crossbow dan arbalest yang menjadikan busur sangat kuat namun cukup lambat diisi ulang. Pada masa modern kita juga bisa melihat composite bow yang memadukan teknologi mutakhir. Perkembangan tenologi busur inilah yang membedakan nomor-nomor olahraga panahan saat ini.
Olahraga panahan yang dikenal di Indonesia terbagi menjadi tiga nomor, berdasarkan jenis busur yang digunakan. Ini merupakan akomodasi dari peraturan yang dikeluarkan oleh FITA terhadap kondisi Indonesia. Ketiganya mewakili jenis busur yang banyak terdapat di Indonesia saat ini, berikut nomor-nomor yang ada di Indonesia saat ini:
1.Nomor tradisional, busur terbuat dari kayu utuh. Olahraga yang dilakukan         panahan outdoor. Dilakukan dalam posisi duduk, target menyesuaikan.
2.Nomor Nasional, busur terbuat dari kayu dan bambu, peraturan lainnya sama dengan nomor Internasional.
3.Nomor Internasional, busur terbuat dari bahan sintetis

Selanjutnya dibedakan lagi menurut jenis lapangannya yaitu Indoor atau Outdoor. Pada nomor Internasional dibedakan lagi menurut jebnis busurnya yaitu nomor recurve dan nomor compound.
Busur Recurve modern terdiri atas 4 bagian utama yang dapat dibongkar pasang. Handle, yaitu bagian tengah biasanya terbuat dari kayu keras atau alumunium. Limb, yaitu daun busur, terdapat dua yaitu atas dan bawah. Terbuat dari bahan elastis yaitu bambu atau serat karbon. Terakhir yaitu string terbuat dari serat yang tahan atas regangan. Seluruh bagian ini dapat dibongkar dengan mudah untuk memudahkan transportasi.
Pada umumnya busur ini memiliki kekuatan (energi yang disimpan) setara dengan beban 36-40 pon pada nomor Nasional dan 40-44 pon pada nomor Internasional. Separuh dari kekuatan Longbow maupun busur Mongol.
2.Anak Panah
Anak panah yang digunakan umumnya terbuat bahan utamanya dari kayu atau bambu. Anak panah dari bambu umumnya lebih tahan lama karena sifat elastisitasnya. Di ujung belakangnya terdapat nock yang berfungsi memegang tali busur(string). Ujung depan atau kepala anak panahnya biasanya diperkuat dengan mata logam, bukan berupa ujung lebar sebab dapat merusak sasaran dengan cepat.

3.Sasaran
Sasaran yang ada disesuaikan dengan nomor olahraga panahan yang dilakukan. Pada nomor outdoor ukuran targetnya berdiameter 80 cm sedang pada nomor indoor ukuran targetnya 40 cm atau 60 cm. Pada nomor outdoor jaraknya adalah 80 meter sedangkan indoor hanya 25 meter.

4.Lapangan panahan
Lapangan panahan melibatkan pemotretan di berbagai sasaran (dan sering yg tak ditandai) jarak, sering di daerah berhutan dan kasar daerah. Salah satu tujuan dari lapangan panahan adalah untuk meningkatkan teknik dan kemampuan yang diperlukan untuk bowhunting yang lebih realistis di luar pengaturan. Seperti golf, kelelahan bisa menjadi masalah karena atlet berjalan jarak antara sasaran di daerah terkadang kasar.
Untuk kategori yang dilombakan di Indonesia, ada empat ronde, dan klasifikasinya berdasarkan alat :
a. Recurve
Panah buatan Amerika dan Korea ini dipakai untuk standart pertandingan Internasional. Bahannya terbuat dari campuran Fibere dan karbon. Jarak yang dilombakan itu 90 Meter, 70 Meter, 50 Meter, dan 30 Meter. Beratnya sekitar hampir 5 kilogram
b. Compound
Sama seperti Recurve, hanya saja mempunyai roda pada sisi-sisi busur, jadi saat ditarik itu punya nilai Nol dan nggak ada beban campuran fiber dan karbon. Jarak 90 meter, 70 meter, 50 meter dan 30 meter. Beratnya hampir 5 kilogram
c. Nasional/Standar Bow
Ini hanya untuk di Indonesia, dan jarak yang diperlombakan 50 meter, 40 meter, 30 meter. Pemula disarankan memakai yang ini. Lebih ringan dibanding Recurve dan Compound. 4.Tradisional (tanpa asesoris) : Biasanya atlit menembak dengan cara duduk bersila, namun sekarang sudah jarang di Kejuaraan Nasional Indonesia.
Peraturan :
Recurve, Compound dan Standar Bow: Untuk jarak jauh menembakkan 6 anak panah, sebanyak 6 seri. Jadi total hasilnya dikalikan 6. Nah untuk jarak 50 dan 30 meter itu, harus menembakkan 3 anak panah dikali 12. Penilaian ini berlaku untuk semua Ronde.

Olahraga Panahan

Sejarah Perkembangan Panahan
Sampai saat ini tak seorangpun mengetahui, sejak kapan orang mulai memanah. Orang hanya menduga bahwa memanah telah dilakukan manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Namun dari buku-buku melukiskan bahwa orang purbakala telah melakukan panahan yaitu menggunakan busur dan panah untuk berburu dan untuk mempertahankan hidup. Bahkan dari beberapa buku melukiskan bahwa lebih dari 100.000 tahun yang lalu suku Neanderathal telah menggunakan busur dan panah. Ahli-ahli purbakala dalam penggalian di Mesir juga telah menemukan tubuh seorang prajurit Mesir Kuno yang menemui ajalnya karena ditembus anak panah.
Data menunjukkan bahwa kejadian itu terjadi kira-kira 2100 tahun sebelum masehi. Dari beberapa buku juga mengemukan bahwa sampai kira-kira tahun 1600 sesudah Masehi, busur dan panah merupakan senjata utama setiap negara dan bangsa untuk berperang.
Hingga kinipun masih ada suku-suku bangsa yang mempergunakan busur dan panah dalam penghidupan sehari-hari mereka, seperti : suku-suku bangsa di hutan-hutan daerah hulu sungai Amazone, suku-suku Veda di pedalaman Srilangka, suku-suku Negro di Afrika, suku-suku Irian di Irian Jaya, suku Dayak dan suku Kubu Dari buku-buku dan keterangan-keterangan yang diperoleh maka terdapat dua kelompok ahli yang mengemukakan dua teori yang berbeda.
Yang pertama berpendapat bahwa panah dan busur mulai dipakai dalam peradaban manusia sejak “era mesolitik” atau kira-kira antara 5000 – 7000 tahun yang silam, sedang pendapat kedua percaya bahwa panahan lebih awal dari masa itu, yaitu dalam “era paleolitik” antara 10.000 – 15.000 tahun yang lalu.
Terlepas dari mana yang benar, maka yang jelas bahwa sebelum panahan menemui bentuknya sebagai olahraga seperti yang kita kenal saat ini, ternyata telah melalui masa pertumbuhan yang panjang. Melalui peranan yang berbeda-beda, mula-mula panahan dipergunakan orang sebagai alat untuk mempertahankan diri dari serangan bahaya binatang liar, sebagai alat untuk mencari makan, atau untuk berburu, untuk senjata perang dan baru kemudian berperan sebagai olahraga baik sebagai rekreasi ataupun prestasi.
Dari catatan sejarah dapat dicatat bahwa baru pada tahun 1676, atas prakarsa Raja Charles II dari Inggris, panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang olahraga. Dan kemudian banyak negara-negara lain yang juga menganggap panahan sebagai olahraga dan bukan lagi sebagai senjata untuk berperang.
Pada tahun 1844 di Inggris diselenggarakan perlombaan panahan kejuaraan nasional yang pertama dibawah nama GNAS (Grand National Archery Society), sedang di Amerika Seirkat menyelenggarakan kejuaraan nasionalnya yang pertama pada tahun 1879 di kota Chicago.

Perkembangan Panahan Di Indonesia
Sama halnya dengan sejarah panahan di dunia, demikian pula tidak seorangpun yang dapat memastikan sejak kapan manusia di Indonesia menggunakan panahan dan busur dalam kehidupannya. Tetapi apabila kita memperhatikan cerita-cerita wayang purwa misalnya, jelas bahwa sejarah panah dan busur di Indonesiapun telah cukup panjang, dan tokoh-tokoh pemanah seperti Arjuna, Sumantri, Ekalaya,
Dipati Karno, Srikandi demikian pula Dorna sebagai Coach panahan terkenal dalam cerita Mahabharata.
Kalau PON I kita pakai sebagai batasan waktu era kebangunan olahraga Nasional, maka Panahan telah ikut ambil bagian dalam era kebangunan Olahraga Nasional itu. Dalam sejarah PON, Panahan merupakan cabang yang selalu diperlombakan, walaupun secara resminya Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) baru terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII. Dan Kejuaraan Nasional yang pertama sebagai perlombaan yang terorganisir, baru diselenggarakan para tahun 1959 di Surabaya.
Sri Paku Alam VIII selanjutnya menjabat sebagai Ketua Umum Perpani hampir duapuluh empat tahun dari tahun 1953 sampai tahun 1977. Dengan terbentuknya Organisasi Induk Perpani, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menjadi anggota FITA (Federation Internationale de Tir A L’arc).
Organisasi Federasi Panahan Internasional yang berdiri sejak tahun 1931. Indonesia diterima sebagai anggota FITA pada tahun 1959 pada konggresnya di Oslo, Norwegia. Sejak saat itu Panahan di Indonesia maju pesat, walaupun pada tahun-tahun pertama kegiatan Panahan hanya terdapat di beberapa kota di pulau Jawa saja. Kini boleh dikatakan bahwa hampir di setiap penjuru tanah air, Panahan sudah mulai dikenal.
Dengan diterimanya sebagai anggota FITA pada tahun 1959, maka pada waktu itu di Indonesia selain dikenal jenis Panahan tradisional dengan ciri-ciri menembak dengan gaya duduk dan instinctive, maka dikenal pula jenis ronde FITA yang merupakan jenis ronde Internasional, yang menggunakan alat-alat bantuan luar negeri yang lebih modern dengan gaya menembak berdiri. Dan dengan demikian terbuka pulalah kesempatan bagi pemanah Indonesia untuk mengambil bagian dalam pertandingan-pertandingan Internasional.
Bersamaan dengan itu timbul masalah peralatan yang harus diatasi untuk bisa mengambil bagian dalam pertandingan Internasional, pemanah kita harus memiliki peralatan yang memadai, agar dapat berkompetisi dengan lawan-lawannya secara berimbang. Kenyataannya alat-alat ini sangat mahal harganya dan sulit di dapat. Hanya beberapa pemanah saja yang dapat membayar harga alat-alat tersebut. Keadaan ini merupakan faktor penghambat bagi perkembangan olahraga ini.
Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1963 Perpani menciptakan Ronde baru dengan nama Ronde Perpani. Pokok-pokok ketentuan pada perpani pada dasarnya sama dengan ronde FITA, kecuali tentang peralatannya yang dipakai dan jarak tembak disesuaikan dengan kemampuan peralatan yang dibuat di dalam negeri. Mengenai peralatan Ronde Perpani ini ditetapkan bahwa hanya busur dan panah yang dibuat dan dengan bahan dalam negeri yang boleh dipakai.
Dengan ketentuan tadi dua hal yang hendak dicapai, pertama untuk pemasalan belum diperlukan peralatan yang mahal, yangg harus diimport, tetapi cukup alat-alat yang bisa dibuat di Indonesia. Kedua, Ronde Perpani mempunyai peranan untuk mempersiapkan pemanah-pemanah kita untuk bisa mengambil bagian dalam pertandingan Internasional, tanpa menunggu tersedianya alat yang harus dibeli dengan harga mahal.
Bagi mereka yang terbukti berhasil membuktikan kemampuannya melalui ronde Perpani, diberi kesempatan memakai peralatan Internasional. Sedangkan Ronde Tradisional dengan ciri-ciri dilakukan dengan gaya duduk dan instinctive, sulit mengambil sumber pemanah langsung dari ronde Tradisional, karena perbedaan-perbedaan yang sifatnya prinsipil tadi.
Kemudian dengan adanya tiga ronde panahan tersebut, Perpani mengatur waktu untuk kejuaraan nasional sebagai berikut : Setiap tahun genap diselenggarakan Kejuaraan Nasional untuk Ronde Perpani dan Ronde Tradisional, sedang pada tahun ganjil diselenggarakan Kejuaraan Nasional untuk ronde FITA.
Kebijaksanaan ini adalah dalam hubungannya dengan ketentuan dari FITA yang menyelenggarakan Kejuaraan Dunia pada setiap tahun ganjil. Sehingga Kejuaraan Nasional Ronde FITA tersebut dimaksudkan untuk persiapkan dan memilih para pemanah Indonesia yang akan diterjunkan ke kejuaraan Dunia. Sedangkan pada PON diperlombakan ketiga ronde sekaligus.
Sejak Konggres Perpani tahun 1981 bersamaan dengan PON X, pola kebijaksanaan Perpani dirubah, yaitu bahwa Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun (kecuali tahun diselenggarakannya PON tidak ada Kejuaraan Nasional) dan diperlombakan ketiga ronde Panahan sekaligus yaitu Ronde FITA, Ronde Perpani dan Ronde Tradisional.
Perlu dikemukakan disini bahwa sebelum tahun 1959 yaitu tahun diterimanya Perpani sebagai anggota FITA, pada PON – I tahun 1948 di Solo, PON II/1951 di Jakarta, PON – III/1953 di Medan, PON – IV/1957 di Makasar, panahan hanya memperlombakan Ronde Tradisional, yaitu ronde duduk, dengan hanya satu jarak 30 meter, dengan 48 tambahan @ 4 anak panah dan dengan sasaran bulatan dengan hanya dibagi tiga bagian saja.
Selanjutnya beberapa kejadian penting yang dapat dikemukakan mengenai dunia Panahan Indonesia, antara lain :
• Tahun 1959 : Kejuaraan Nasional I di Surabaya.
• Tahun 1961 : Kejuaraan Nasional II di Yogyakarta.
• Tahun 1962 : Kejuaraan Nasional III di Jakarta
Asian Games IV di Jakarta, dimana regu Panahan Indonesia menduduki tempat kedua di bawah Jepang.
• Tahun 1963 : Kejuaraan Nasinal IV di Jakarta.
Genefo I di Jakarta, dimana regu Indonesia (Putera) menduduki tempat keempat dan regu puterinya kedua.
• Tahun 1964 : Perlawatan regu Nasional ke RRC dan Phlipina. Selama di RRC pemanah-penahan pria kita dalam tiga pertandingan menduduki tempat teratas.
Sedangkan puteri kita masih harus mengakui keunggulan pemanah-pemanah puteri RRC. Di Philipiina sebaliknya pemanah-pemanah tuan rumah, sedang pemanah puteri kita unggul dari pemanah-pemanah Philipina.
• Tahun 1965 :Kejuaraan Dunia di Vesteras, Swedia, dimana regu puteri Indonesia ketiga belas dan regu puteri kesembilan terbaik di dunia.
• Tahun 1966 : Ganefo Asia I di Phnom Penh, Kamboja. Regu putera menempati urutan teratas, dan dua orang jago kita berhasil merebut medali emas dan perak untuk kejuaraan perorangan. Regu puteri kita menduduki tempat kedua di bawah RRC.
Untuk selanjutnya, perkembangan dan prestasi Panahan Indonesia tidak mengecewakan. Kejuaraan Nasional selalu diselenggarakan setiap tahun, yaitu tahun genap untuk Ronde Perpani dan Ronde Tradisional, sedang pada tahun ganjil untuk Ronde FITA (sejak tahun 1982 Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun untuk ketiga ronde Panahan yaitu Ronde FITA, Ronde Perpani dan Ronde Tradisional sekaligus).
Demikian pula Perpani selalu berusaha dan berhasil mengikuti kejuaraan-kejuaraan Dunia, walaupun hasilnya masih di bawah pemanah-pemanah Asia masih menempati urutan teratas. Juga pada pertandingan-pertandingan Internasional lainnya seperti Asian Games, SEA Games, Asian Meeting Championships, Asia Oceania Target Archery Championships, Perpani selalu ikut mengambil bagian.
Demikianlah perkembangan Panahan dan Perpani sampai saat ini, dimana cabang Panahan termasuk di dalam cabang yang diprioritaskan, bahkan termasuk cabang super-prioritas, di dalam persiapan menghadapi Asian Games XIII/1986 di Seoul – Korea Selatan. Hal ini tentunya karena prestasi cabang Panahan yang telah dicapai selama ini.
Perlu dicatat bahwa dalam forum Olympic Gamespun Panahan telah ikut berbicara, walaupun pihak Pemerintah selalu mengirimkan pemanah-pemanah kita dalam jumlah yang minim, yaitu satu putera dan satu puteri. Tetapi sejarah telah mencatat bahwa pada Olympic Games tahun 1976 di Montreal – Kanada pemanah puteri kita yaitu Leane Suniar berhasil menempati urutan kesembilan dan pada Olympic Games Tahun 1988 di Seoul – Korea Selatan, pemanah team puteri kita berhasil menempati urutan kedua dan pertama kalinya Indonesia mendapat perak di arena yang bertaraf Internasional. Suatu prestasi yang sangat membanggakan.

Monday, 1 February 2016

Validitas dan macam-macam Validitas

 VALIDITAS

Validitas di artikan sebagai ketepatan intepretasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrument evaluasi.
macam-macam validitas:
a. Validitas konstruk berhubungan dengan pertanyaan: seberapa jauh instrumen yang kita susun mampu menghasilkan butir-butir pertanyaan yang telah dilandasi oleh konsep teoritik tertentu.
b. Validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk menggambarkan atau melukiskan se-cara tepat mengenai domain perilaku yang akan di¬ukur.
c. Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan alat pengukur baru dengan alat yang sudah teruji validitasnya.
d. Validitas prediktif adalah Alat pengukur yang digunakan untuk memprediksikan sesuatu dimasa yang akan datang.
e. Validitas Rupa adalah sejauh mana alat pengukur mampu mengukur sesuatu disesuaikan oleh rupa atau bentuk fisik yang mampu terlihat untuk menunjukkan sebuah substansi dari pengukuran.
Fakto-faktor yang mempengaruhi validitas:
1) Faktor yang berasal dari dalam tes
2) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor.
3) Faktor yang berasal dari jawaban siswa.

news sport


John Terry gestures to Chelsea fans after Sunday's win against Milton Keynes Dons.
(CNN)Chelsea captain John Terry has revealed that his long career with the English Premier League champion will finish at the end of this season.
The 35-year-old, who joined the London soccer club aged 14, told reporters after Sunday's 5-1 FA Cup victory over MK Dons that he will not be offered a new contract.
"It's not going to be a fairytale ending, I'm not going to retire at Chelsea," the former England skipper said, the UK Press Association reported.
Chelsea did not mention Terry's comments in its post-match website or social media reports.
The central defender was given a new one-year contract after last season, having been a key member in Chelsea's runaway title success, his fourth at the club.
    However, his usually-dominant form fell away along with that of the team earlier this season, and manager Jose Mourinho was sacked in December with Chelsea languishing just above the relegation zone.
    Terry has continued to feature under interim manager Guus Hiddink, marking his 700th career club appearance with a controversial equalizer against Everton in mid-January and also playing in last weekend's 1-0 win at Arsenal.
    "Ideally I would have loved to stay, but the club's moving in a different direction," he said.
    "I needed to know now like I have done every January and sometimes it takes a couple of months to get done. Unfortunately, it was a no.
    "They said that when the new manager comes in, things might change. It's a no, at the minute. It took me a couple of days to get over.
    "I couldn't play for another Premier League club. It will be elsewhere for sure. I don't know where."
    With Petr Cech having joined Arsenal this season, following the departures of fellow stalwarts such as Didier Drogba and Frank Lampard, it marks the end of an era for the Chelsea players who had such success in Mourinho's first spell at the club and the foTerry infamously missed a match-winning penalty in the 2008 European Champions League final defeat against Manchester United, but received a winner's medal four years later despite being suspended for Chelsea's unexpected success against Bayern Munich.
    He has also won four FA Cups and three English League Cups, while he is the highest-scoring defender in Premier League history with 40 goals in over 470 top-flight appearances.
    "I want to come back as a Chelsea supporter in years to come with my kids and see the team doing great," he said.
    "It's going to be my last year and I want to go out at the top. We spoke about my legacy and coming back to the club when I finish. The most important thing now is to get us up the league."
    Chelsea -- 13th in the table with 15 games to play -- faces Paris Saint-Germain in the last 16 of the Champions League next month and will take on Manchester City in the fifth round of the FA Cup.
    The club has this month bolstered its defensive options, signing 20-year-old U.S. international Matt Miazga from New York Red Bulls
    .

    Sunday, 31 January 2016

    Kondisi Fisik Tubuh

    10  KONDISI FISIK TUBUH

    Kodisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana-sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai pada masalah status kondisi fisik (Sajoto. 1990: 16).

    kebugaran fisik dapat di artikan sebagai kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan kegiatan lain, masih memiliki sisa energi yang cukup untuk menangani tekanan tambahan atau keadaan darurat yang mungkin timbul
    Sepuluh komponen kondisi fisik masing-masing adalah sebagai berikut:
    1.Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
    2.Daya tahan (endurance), dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni: a). Daya tahan umum (general endurance) adalaah kemampuan seseorang dalam mempergunakan system jantung dan peredaran darahnya secara efektif dan efesien untuk menjalankan kerja secara terus menerus, yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalm waktu cukup lama. b.) daya tahan otot (local endurance) adalah kemampun seseorang dalm mempergunakan otonya untuk berkntraksi secra terus-menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban tertentu.
    3.Daya ledak (muscular power) adalah kemampuna seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksismum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa daya ledak  (Power) sama dengan kekuatan (force) x kecepatan (felocity). Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang berseifat ekslkosive.
    4.Kecepatan (speed) adalah kemampuan sseorang untk mengerjakan gerakan bereinambungan dalam bentukk ynag sama dalam waktu sesingkat-singkatnya seperti dalam lari cepat, puulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan lain-lain. Dalam hal ini ada kecepatan  gerak  dan kecepatan explosive.
    5. Daya lentur (flexsibility) adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan ssangat mudah ditandai dengan tingka fleksibilits persendian pada seluruh tubuh.
    6.Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi diarena tertentu. Seseorang yang mapau merubah satu posisi yang berbeda dalm kecepatan tinggi deng  koordinasi yng baik, berarti kelincahannya cukup baik.
    7. Koordinasi (coordianation) adalah kemampun seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola geraan tungal secra efektif. Misalnya dalam bermain tenni, seorang pemain akan keliahatan mempunyai koordinasi yang naik bila ia dapat bergerak kearah bola samil mengayun raket, kemudian memukulnya dengan teknik yang benar.
    8. Keseimbangan (balance) adalah kemampun seseorang mengendalikan organ-organ saraf otot, seperti dalam handstand atau dalam mencapai keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu (misalnya tergelincir dan lain-lain). Dibidang olehraga banyak hal yang harus dilakukan atlit dalam masalah keseimbangan ini, baik dalam menghilangkan  ataupun mempertahankan keseimbangan.
    9. Ketepatan (accuracy) . adalah seseorang yuntuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jaraka aatu mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah s atu bagian tubuh.
    10.Reaksi (reaction) ada;lah kemampna seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditumbulkan lewat indra, saraf atau filling lainnya. Seperti  dalam mengantisipasi daytangnya bola yang aharis  ditangkap dan lain-lain.

    Tes Pemanduan Bakat

    MANAJEMEN PELAKSANAAN TES PEMANDUAN BAKAT(SPORT SEARCH)


    A. Urutan Pelaksanaan
    Ada 10 butir tes di dalam Sport Search. Pengadministrasian seluruh butir tes dalam suatu sesi (session) berdurasi 90 menit yang memungkinkan dilaksanakan dengan perbandingan antara testi dan tester sebesar 10:1. Perlu mengatur urutan butir tes dalam dua bagian atau lebih.
    Apabila dikelompokkan dalam dua bagian, maka sebaiknya menggunakan lima tester. Masing-masing tester sebaiknya menangani satu pos pengetesan dan testi sebaiknya melakukan dari satu pos ke pos lain.
    Urutan pelaksanaan tes yang disarankan adalah bagian pertama, tinggi badan, tinggi duduk, berat badan, rentangan lengan, dan lempar-tangkap bola tenis; kemudian bagian kedua, meliputi melempar bola basket, loncat tegak, lari kelincahan, lari cepat 40 meter, dan lari multitahap. Perlu diperhatikan bahwa lari multi tahap dilaksanakan yang paling akhir dalam bagian kedua.
    Jika testi atau siswa dilatih secara memadai, maka testi dapat membantu melaksanakan tes tersebut. Testi senior dapat membantu dalam melaksanakan pengetesan sebagai bagian dari studi pendidikan jasmani yang lebih tinggi.
    B. Tempat Pelaksanaan
    Untuk melaksanakan tes dapat menggunakan gedung olahraga atau bagian ruang dalam aula olahraga. Tempat tersebut harus memiliki permukaan atau lantai yang tidak licin, terutama untuk pelaksanaan lari kelincahan. Apabila lantai berdebu, maka waktu pelaksanaan tes ini akan menjadi lebih lambat. Apabila terjadi hal semacam itu, lebih baik tes lari kelincahan dilakukan pada permukaan batu bara atau dihalaman. Pelaksanaan lari cepat 40 meter perlu diukur dandilakukan ditempat terbuka.lintasan harus lurus, rata, dan ditempatkan pada angin yang melintang (cross wind). Apabila menggunakan permukaan berumput, pilihlah permukaan yang kering.
    C. Pakaian
    Testi harus mengenakan pakaian olah raga yang layak (berupa T-shirt dan celana pendek atau skirt) dengan alas kaki sepatu olahraga. Pakaian ini sebaiknya digunakan untuk seluruh tes kecuali apabila ada perkecualian yang disebutkansecarakhusus didalam tata cara tes (misalnya pelepasan sepatu untuk pengukuran tinggi badan)
    D. Persiapan Pre-Test
    Testi harus melakukan pemanasan secara menyeluruh termasuk aktifitas aerobik ringan dan peregangan baik pada tubuh bagian atas maupun bawah sebelum pelaksanaan tes melempar bol basket, loncat tegak, lari kelincahan, lari cepat 40 meter, dan lari multitahap.
    E. Instruksi-instruksi kepada testi
    Testi harus diberikan informasi sebelumnya mengenai tugas-tugas dan tujuan tes pengukuran tersebut. Dalam tiap kesempatan, testi harus didorong agar melakukan yang terbaik. Berikan dorongan-dorongan sewaktu testi melaksanakan tes tersebut.
    F. Percobaan
    Testi harus diberi kesemptan melakukan latihan atau percobaan hanya dalam tugas penangkap bola. Percobaan semacam ini sebaiknya dilakukan sehingga testi mamahami persyaratan-persyaratan dalam melakukan tes tertentu dan telah mencoba “merasakannya”. Percobaan tidak diperkenankan untuk butir tes lain yang manapun karena akan diberikan dua kali percobaan, kemudian dicatat hasil terbaik dari dua kali pelaksanaan tes tersebut. Testi hendaknya diberi waktu istirahat diantara tes satu dengan yang lain (sebaiknya tester mengetes seluruh testi kemudian mengulanginya untuk melakukan tes yang kedu, untuk memberikan waktu yang cukup bagi testi).
    G. Petunjuk Pelaksanaan
    Para pelaksana atau tester harus menguasai petunjuk pelaksanaan tes sebelum memulai pengukuran. Petunjuk pelaksanaan harus mengikuti apa yang disarankan didalam Manual Metode Tes keluaran/terbitan The Laboratory Standards Assistance Scheme of the National Sport Research Center, Australian Commission (Draper, Minikin & Telford; 1991),antara lain :
    1. Tinggi badan
    a) Perlengkapan
     Stadiometer atau pita pengukur yang dilekatkan dengan kuat secara vertikal di dinding, dengan tingkat ketelitian 0,1 centimeter
     Sebaiknya dinding tidak mengandung papan yang mudah mengerut
     Apabila menggunakan pita pengukur, dipersiapkan pula segitiga siku-siku
     Permukaan lantai yang dipergunakan harus rata dan padat
    b) Prosedur
     Testi berdiri tegak tanpa alas kaki, tumit, pantat, dan kedua bahu menekan pada stadiometer atau pita pengukur
     Kedua tumit sejajar dengan kedua lengan yang menggantung bebas di samping badan (dengan telapak tangan menghadap ke arah paha)
     Dengan berhati-hati tester menempatkan kepala testi dibelakang telinga agar tegak sehingga tubuh terentang secara penuh
     Pandangan testi lurus kedepan sambil menarik napas panjang dn berdiri tegak
     Upayakan tumit testi tidak terangkat atau jinjit
     Apabila pengukuran menggunakan stadiometer, turunkan platformnya sehingga dapat menyentuh bagian atas kepala. Apabila menggunakan pita pengukur, letakkan segitiga siku-siku tegak lurus pada pita pengukur diatas kepala, kemudian turunkan kebawah sehingga menyentuh bagian atas kepala.
    2. Tinggi duduk
    a) Perlengkapan
     Stadiometer atau pita pengukur yang dilekatkan dengan kuat secara vertikal di dinding, dengan tingkat ketelitian 0,1 centimeter
     Dindng yang digunakan tidak mengandung papan yang dapat menggeliat
     Apabila menggunakan pita pengukur, dipersiapkan pula segitiga siku-siku
     Permukaan lantai yang dipergunakan harus rata
     Bangku kecil dengan ketinggian (kira-kira 40 cm)
    b) Prosedur
     Tempatkan bangku kecil tersebut ditengah bagian dasar stadiometer atau pita pengukur
     Testi duduk diatas bangku dengan kedua lutut kearah depan dan ditekuk, sedangkan kedua tangan dalam keadaan istirahat diatas kedua paha sejajar dengan permukaan lantai
     Pantat dan kedua bahu bersandar dengan ringan kearah stadiometer atau pita pengukur yang ditempatkan secara vertikal pada garis tengah dibelakang testi
     Tester menempatkan kepala testi dibelakang telinga agar tubuh testi terentang secara penuh
     Pandangan testi lurus kearah depan, sambil menarik napas panjang, dan duduk dalam keadaan tegak
     Apabila pengukuran menggunakan stadiometer, turunkan platformnya sehingga dapat menyentuh bagian atas kepala. Apabila menggunakan pita pengukur, letakkan segitiga siku-siku tegak lurus pada pita pengukur diatas kepala, kemudian turunkan kebawah sehingga menyentuh bagian atas kepala.
    3. Berat badan
    a) Perlengkapan
     Alat penimbang dengan ketelitian hingga 0,5 kg, ditempatkan pada permukaan yang rata
     Skala alat penimbang harus ditera lebih dahulu agar alat tersebut memenuhi standar
    b) Prosedur
     Testi tanpa alas kaki dan hanya mengenakan pakaian renang atau pakaian yang ringan (seperti T-shirt dan celana pendek/skirt)
     Alat penimbang distel pada angka nol
     Testi berdiri tegak dengan berat tubuh terdistribusi secara merata dibagian tengah alat penimbang
    4. Rentang lengan
    a) Perlengkapan
     Pita pengukur (setidaknya sepanjang 3 meter dengan tingkat ketelitian hingga mencapai 0,1 cm) yang ditempatkan secara horizontal pada dindng kira-kira setinggi 1,5 meter diatas permukaan tanah. Sudut dindng sebaiknya digunakan sebagai titik nol
     Penggaris
    b) Prosedur
     Testi berdiri tegak dengan punggung menempel pada dinding, kedua kaki merapat; sedangkan tumit, pantat, dan kedua bahu menyentuh dinding
     Kedua lengan terentang menyamping setinggi bahu (secara horizontal) dan kedua telapak tangan menghadap kedepan. Ujung jari tengah (tangan kiri dan kanan) menyatu dengan ujung pita pengukur. Apabila testi memiliki postur tubuh yang tinggi atau pendek maka lengan testi berada disebelah atas atau bawah pita pengukur. Oleh karena itu, kedua lengan direntangkan dalam posisi horizontal dan gunakan mistar penggaris untuk menggaris ujung jari keatas atau kebawah hingga memotong pita pengukur
     Ukurlah jarak antara ujung jari tengah lengan yang lain direntangkan kesmping
    5. Lempar tangkap bola tenis
    a) Perlengkapan
     Bola tenis
     Sarung tangan
     Sasaran bundar (berwarna hitam) berdiameter 30 cm
     Pita pengukur (sepanjang 3 meter dengan tingkat ketelitian hingga mencapai 0,1 cm)
     Agar lebih efisien tester menyiapkan 2 atau 3 sasaran dan menugaskan diantara testi saling menilai, sedangkan tester mengawsi pelaksanaannya
    b) Prosedur
     Sasaran harus itempatkan pada dinding dengan ujung bawah setingkat dengan tinggi bahu testi
     Beri tanda dengan sebuah garis di tanah atau lantai berjarak 2,5 meter dari sasaran dengan menggunakan pita pembatas
     Testi berdiri dibelakang garis tersebut
     Testi melempar bola dengan tangan yang disukai kearah sasaran kemudian menangkap dengan tangan yang sama. Percobaan diperkanankan sehingga testi memhami tugas tersebut dan telah dapat merasakan (“feel for it”) gerakan tersebut
     Bola harus dilemparkan dengan underarm dan tidak diperbolehkan memantul dilantai sebelum ditangkap
     Tiap lemparan dianggap sah, apabila bola mengenai sasaran (bagian bola yang mana saja yang mengenai sasaran dapat diterima) dan testi dapat menangkapnya
     Tangkapa dianggap sah, apabila bola ditangkap dengan “bersih” da tidak mengenai tubuh
     Testi tidak diperbolehkan berdiri didepan garis batas pada waktu menangkap bola
     Tiap testi diberi kesempatan 10 kali untuk melempar dan menangkap dengan tangan yang disukai, kemudian diikuti dengan 10 kali kesempatan untuk melempar dengan tangan yang disukai dan menangkap dengan tangan lain
     Yesti yang menggunakan kacamata diperkenankan mengenakan kacamata pada saat melaksanakan tugas ini
    6. Lempar bola basket
    a) Perlengkapan
     Bola basket ukuran 7
     Oita oengukur sepanjang 15 meter dengan tingkat ketelitian 5 cm
    b) Prosedur
     Testi duduk dengan pantat, punggung, dan kepala bersandar didinding. Kaki diistirahatkan dalam keadaan menjulur secara horizontal kelantai didepan tubuh
     Testi menggunakan kedua tangan yang diangkat diatas dada untuk mendorong bola secara horizontal kearah depan sejauh mungkin. Tidak diperbolehkan melempar melampaui tinggi lengan atau melebihi tinggi bahu
     Upayakan agar kepala, bahu, dan pantat tetap menempel pada dinding, dan bola dilempar hanya dengan menggunakan otot-otot bahu dan lengan
     Berikan dua kali kesmpatan kepada testi untuk melakukan lemparan
    7. Loncat tegak
    a) Perlengkapan
     Kapur bubuk (bubuk bedak atau tepung)
     Papan yang ditempel pada dinding dengan ketinggian dari 150 hingga 350 cm (tingkat ketelitian hingga sebesar 1 cm)
    b) Prosedur
     Testi memasukkan ujung jari yang digunakan utuk menjangkau kedalam kapur bubuk
     Testi berdiri dengan tangan yang digunakan meraih didekat papan dan meraih keatas dengan lengan sebelah dalam, kemudian menyentuh papan dengan ujung jari tengan untuk menempelkan tanda pada titik tejauh yang dapat dicapai
     Kedua telapak kaki herus menginjak rata dengan lantsi, sedangkan lengan/tangan terentang sejauh mungkin
     Catatlah posisi tanda hingga 1cm yng terdekat (mencapai ketinggian)
     Kedua lengan testi harus tetap berada didalam posisi yang sama (tangan/lengan yang disukai diangkat dalam posisi vertikal dan lengan yang lain bergantung dismaping badan) pada waktu testi mengambil posisi berjongkok. Testi dapat memilih kedalaman/kerendahan tertentu dari posisi jongkok dan diperbolahkan melambung apabila menghendaki. Testi tidak diperkenankan mengayunkan lenganuntuk membantu momentum loncatan
     Testi kemudian meloncat keatas untuk menyentuh dinding pada titik ketinggian yang mampu dicapai dengan lengan sebelah dalam terentang kearah luar
     Testi diperbolehkn melakukan loncatan sebanyak dua kali
    8. Lari kelincahan
    a) Perlengkapan
     Stopwatch
     Dua buah garis paralel (sepanjang 1,2 meter) yang ditandai diatas tanah, jarak antara garis 5 meter (diukur diantara kedua ujung sebelah dalam dari masing-masing garis)
     Kerucut pembatas lintasan atau patok 4 buah
     Permukaan lantai harus datar, rata, dan tidak licin. Sering kali lantai gedung olahraga berdebu dan licin. Apabila lantai berdebu, lebih baik tes ini dilaksanakan diluar gedung pada permukaan beton atau permukaan yang berlantai batu bara muda (bitumen)
    b) Prosedur
     Testi melakukan start dari belakang garis dengan kaki depan menginjak garis
     Pada saat terdengar aba-aba “ya” testi lari menuju kedepan secepat mungkinkearah garis yang lain, berputar dan lari kembali menuju garis startnya
     Tiap kali lari bolak balik dihitung satu siklus
     Testi harus menyentuhkan kedua telapak kaki dibelakang garis dan diantara kedua kerucut pembatas, kecuali pada akhir siklus kelima, ketika testi melampaui garis finish tanpa harus memperlambat lari
     Jalankan stopwatch pada saat terdengar aba-aba “ya” dan hentikan putaran jarumnya ketika dada pelari melewati diatas garis finish
     Berikan kesempatan testi melakukan dua kali
     Apabila testi ada yang tergelincir jangan dicatat hasilnya, dan ulangi lagi
    9. Lari 40 meter
    a) Perlengkapan
     Stopwatch
     Kerucut pembatas atau patok 10 buah
     Lintasan lari 40 meter yang lurus, datar, dan ditempatkan pada cross wind. Apabila permukaan yang digunakan berumput, rumput harus dalam keadaan kering
    b) Prosedur
     Berilah tanda lintasan lari sepanjang 40 meter dengan kerucut pembatas ditempatkan pada tiap interval 10 meter
     Tiap testi melakukan start dengan posisi berdiri, dan kaki depan tepat berada diatas garis start
     Pemberi tanda waktu berdiri pada garis finish, meneriakkan aba-aba “siap” dan mengayunkan bendera untuk memberi tanda start pada testi. Pada saat lengan diayunkan, pemberi tanda waktu secara bersamaan mulai menghidupkan stopwatch yang dipegang
     Hentikan stopwatch pada saat dada testi telah melewati garis finish
     Tekankan kepada testi agar lari secepat mungkin
     Testi diperbolehkan melakukan dua kali
    10. Lari multitahap
    a) Perlengkapan
    a. Pita cadence untuk lari bolak balik
    b. Lintasan lari
    c. Mesin pemutar kaset (tape recorder)
    d. Jarak yng bermarka 20 meter pada permukaan yang datar, rata, dan tidak licin
    e. Stopwatch
    f. Kerucut pembatas atau patok 4
    g. Formulir
    b) Prosedur
    1.Ceklah kecepatan mesin kaset dengan menggunakan periode kalibrasi satu menit dan sesuaikan jarak lari bimana perlu (telah dijelaskan di dalam pita rekaman dan di dalam manual pitanya)
    Ukurlah jarak 20 meter tersebut dan berilah tanda dengan pita dan pembatas jarak.
    2.Jalankan pita cadencenya
    3.Intruksikan kepada testi untuk lari kearah ujung atau akhir yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki dibelakang garis batas pada saat terdengar bunyi “tuut”. Apabila testi telah sampai sebelum bunyi “tuut”, testi harus bertumpu pada titik putar, menanti tanda bunyi, kemudian lari kearah garis yang berlawanan agar dapat mencapai tepat pada saat tanda berikutnya berbunyi.
    4.Pada akhir dari tiap menit interval waktu diantara dua bunyi “tuut” makin pendek, oleh karena itu, kecepatan lari makin bertambah cepat
    5.Testi harus dapat mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan dan tidak terlambat. Tekankan kepada testi agar berputar dan lari kembali, bukannya lari membuat belokan melengkung, karena akan memakan lebih banyak waktu
    6.Tiap testi harus berlari selama mungkin sehingga testi tidak dapat lagi mengejar tanda bunyi “tuut” dari pita rekaman. Kriteria untuk menghentikan testi apabila testi tetinggal tanda bunyi “tuut” dua kali lebih dari dua langkah di belakang garis ujung.

    contoh surat pernyataan

    SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama Lengkap                   : ..................... Tempat / Tanggal...